Pengaruh Kemunafikan
Di Jakarta ada bisnis baru yang unik, yaitu jasa penyewaan tas-tas mahal. Penggagas bisnis ini melihat bahwa orang Indonesia senang tampil bergaya di muka umum. Mereka berusaha mendandani diri dengan baju dan aksesoris bermerek terkenal. Semakin besar biaya yang dikeluarkan, semakin besarlah rasa percaya diri mereka.
Namun, jika terus-terusan berbelanja merek mahal tentu kantong akan jebol. Melihat hal ini,... sang pengusaha mencium peluang bisnis. Dia membeli tas-tas merek terkenal dan menyewakannya. Ternyata jasa ini mendapat sambutan yang baik.
Lakunya bisnis ini menunjukkan gejala bahwa orang semakin enggan tampil apa adanya di depan orang lain. Sikap ini menunjukkan adanya kadar kemunafikan dalam diri orang itu. Penyebabnya adalah perasaan gengsi dan keengganan untuk mengakui kenyataan hidupnya.
Perilaku kemunafikan ini tidak banyak merugikan orang lain, kecuali dirinya sendiri. Namun ada kemunafikan yang lebih membahayakan, yaitu kemunafikan untuk menutupi kesalahannya. Dalam film tentang gangster, kita melihat pemimpin mafia yang rajin berderma. Ini dilakukannya untuk menutup-nutupi perilaku busuknya. Yang lebih gawat lagi, jika ada orang yang memanipulasi ajaran agama untuk menciptakan kesan kesalehan. Yesus mengecam keras perilaku ini: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” (Matius 23:27)
Kerugian Kemunafikan
Ada harga yang harus dibayar oleh orang-orang yang memutuskan untuk berperilaku munafik:
1. Menguras Waktu, Tenaga dan Dana
Kemunafikan adalah hidup dalam kepalsuan. Orang itu harus hidup di dunia dunia: dunia nyata dan dunia rekaannya sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan banyak waktu, tenaga dan dana. Jika ada orang mengaku sebagai pengusaha sukses, maka dia akan mengeluarkan uang untuk membeli berbagai peralatan kaum eksekutif. Termasuk juga mengikuti gaya hidupnya. Misalnya, makan di restoran mewah dan main golf.
2. Hidup dalam Tekanan
Orang yang munafik selalu merasa takut kedoknya bakal terbongkar. Dia harus berakting sedemikian rupa untuk meyakinkan orang lain. Otaknya selalu berputar mencari cara untuk menutupi kebohongannya. “Sebuah kebohongan hanya dapat ditutupi dengan kebohongan lain yang lebih besar.”
3. Perasaan Tertuduh
Hati kecil orang yang munafik pasti berkata: “Ini bukan hidupku sesungguhnya.” Dia mengakui bahwa hidup seperti ini sesungguhnya tidak benar. Dalam hatinya selalu dikejar-kejar perasaan bersalah.
4. Tuntutan Pertanggung-jawaban
Pada hari Penghakiman nanti, kita harus mempertanggungjawabkan kehidupan kita. Terhadap orang-orang yang munafik, Allah akan memberi hukuman “yang lebih berat” (Mat.23:14).
Yesus mengecam keras perilaku yang munafik. Dia memerintahkan pengikut-Nya supaya hidup secara jujur. “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Mat. 5:37).