Monday, November 24, 2008

Teknik Mengumpulkan Bahan Tulisan

Anda tidak akan membuang waktu dengan sia-sia jika Anda menggunakan pengalaman dengan bijaksana.

Auguste Rodin

Sebuah artikel di situs www.sabda.org mengibaratkan menulis cerita sebagai usaha menyiapkan hidangan perjamuan makan. Penulis mengutip Matius 22:4, “Sesungguhnya, hidanganku telah kusediakan ... semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan."

Keberhasilan suatu perjamuan ditentukan oleh persiapan-persiapan yang telah dibuat. Tidak ada seorang tamu pun yang telah diundang ke suatu perjamuan, yang akan senang bila ia tiba di tempat perjamuan dan mendapati bahwa belum ada persiapan apa-apa. Kurangnya persiapan menunjukkan kurangnya perhatian kepada tamu yang diundang. Persiapan yang banyak bagi kesenangannya akan menyebabkan tamu itu merasa dirinya dipentingkan. Tentunya setelah selesai, dia akan meninggalkan pesta itu dengan mengatakan, "Perjamuannya baik sekali. Saya benar-benar menikmatinya!"

Benar, persiapan yang cukup adalah langkah pertama untuk menentukan apakah suatu usaha akan berhasil. Ada pepatah, “Jika kita gagal melakukan persiapan, maka sebenarnya kita telah melakukan persiapan untuk gagal.” Persiapan yang baik adalah setengah perjalanan menuju kesuksesan. Prinsip yang sama juga berlaku dalam menulis. Persiapan menulis memakan waktu dan usaha. Namun, persiapan itu sangat penting bagi keberhasilan!

***

Sebelum memasak, seorang koki harus menentukan menu masakannya lebih dulu. Demikian juga, seorang penulis harus menetapkan “menu tulisan” lebih dulu. Jika menu sudah dibuat, maka tindakan berikutnya adalah pergi ke pasar untuk berbelanja bahan-bahan yang diperlukan. Anda bisa berbelanja bahan-bahan cerita di pasar ide. Ada tiga jenis pasar ide, yaitu pasar ingatan, pengamatan dan riset. Pada sessi pertama kita sudah mengulas dan mempraktikkan belanja bahan dari pasar ingatan. Sessi berikut, kita akan berbelanja di dua pasar yang lain.

I. PASAR PENGAMATAN

Meskipun ingatan dapat menjadi sumber cerita yang kaya, tetapi Anda tidak semua hal masuk ke dalam ingatan Anda. Contohnya, kalau Anda dibesarkan di gunung, Anda mungkin tidak punya kenangan atas kehidupan di laut. Kalau Anda lahir dan besar di kota, Anda mungkin tidak memiliki kenangan atau pengalaman sebagai penggembala. Untuk itu, Anda dapat memakai teknik pengamatan atau observasi.

a. Pengamatan Objek

Di dalam kemiliteran sebelum menyerbu sebuah kota, sang perwira biasanya mengirimkan unit mata-mata untuk menyusup ke sasaran serbu. Tugas mereka adalah mengamati situasi di dalam kota dan mengumpulkan informasi intelijen sebanyak-banyaknya. Misalnya mencatat keadaan jalan, pembangkit listrik, instalasi militer, sarana komunikasi, jumlah penduduk dll.

Mirip dengan agen spionase, dalam metode ini Anda mendatangi sebuah tempat dan mencatat apa saja yang menonjol dan berkesan bagi Anda. Berikut caranya:

a. Bawalah bloknot dan alat tulis. Datangilah sebuah tempat yang ingin Anda amati, kemudian tentukan sudut pandang Anda. Ada empat sudut pandang:

a.1. Sudut pandang wisatawan

Posisi mata Anda sejajar dengan objek yang akan diamati. Anda dapat mengamati salah satu sisi objek yang diamati: sebelah muka, belakang dan samping.

a.2. Sudut pandang burung

Posisi mata Anda di atas objek yang diamati. Misalnya, Anda mengamati lapangan parkir dari puncak gedung, menyaksikan pertandingan sepakbola dari tribun atas, melihat perkotaan dari pesawat terbang.

a.3. Sudut pandang katak

Posisi mata Anda di bawa objek yang diamati. Misalnya, Anda melihat patung jenderal Sudirman di Jakarta, melihat puncak Monas, memeriksa kolong mobil dll.

a.4. Sudut pandang komidi putar

Pada komidi putar, kita dapat melihat seluruh sisi objek karena objek itu berputar. Karena tidak semua objek dapat diputar, maka dalam hal ini si pengamatlah yang berputar. Ia mengelilingi objek untuk mengamati semua sisinya.

b. Perhatikan objek tersebut dan tuliskan apa saja yang dapat Anda lihat, dengar, cium dan rasa. Pergunakan semua indera yang Anda miliki. Sama seperti dalam curah gagasan, Anda tidak perlu memusingkan masalah susunan kalimat, penulisan ejaan, alur logika dll. Tugas pokok Anda adalah menuliskan kesan dominan yang tertangkap oleh indera-indera Anda.

c. Setelah 15 menit, bacalah catatan yang Anda buat. Lihat objek yang diamati sekali lagi, untuk mengetahui jika ada sesuatu yang ketinggalan untuk dicatat. Akhirnya, tuliskan komentar singkat berdasarkan catatan tersebut.

Contoh

Lokasi: Alun-alun

Waktu: 15.00-17.00

Cuaca: Cerah

· Lapangan berdebu. Rumput kering karena lama tidak turun hujan

· Anak-anak laki-laki asyik bermain sepakbola. Bolanya sudah butut

· Ibu mengajak bayi jalan-jalan sambil menyuapi

· Bau busuk tercium dari selokan yang mampet

· Udara terasa hangat, angin berembus semilir

· Seorang pengamen asyik menghitung hasil ngamennya di bawah pohon beringin

· Seorang anak menangis keras minta jajan es krim

· Penjual sate keliling membakar sate ayam di atas gerobak dorongnya. Baunya enak

b. Pemetaan

Jika Anda memiliki gaya belajar visual, maka Anda dapat melakukan pengamatan dengan membuat sketsa peta. Anda menggambarkan situasi yang Anda amati dengan coretan-coretan tertentu. Ada tiga jenis peta dasar:

Peta spasial. Jenis ini yang paling mudah dibuat karena sama dengan peta konvensional yang selama ini kita kenal. Sang pembuat peta melihat objek-objek, kemudian menempatkannya pada sebidang kertas dengan jarak yang proporsional dengan benda yang lain.

Peta aktivitas. Jenis ini masih memanfaatkan peta spasial, namun sang pengamat membuat catatan tentang pergerakan objek yang diamati dengan menggambar garis putus-putus yang menghubungkan antar lokasi.

Peta figuratif. Peta jenis ini menggambarkan objek dengan perspektif dua atau tiga dimensi. Teknik ini membutuhkan keterampilan menggambar yang di atas rata-rata.

2. PASAR RISET

Ada pepatah mengatakan, “Learn from other people's mistakes, life isn't long enough to make them all yourself.” Meski kelihatannya bercanda, tapi ada kebenaran indah di dalam kebenaran ini. Kita harus belajar dari orang lain. Tidak hanya dari kesalahan mereka saja, tetapi juga dari keberhasilan mereka.

Dengan belajar dari orang lain, kita bisa menghemat waktu, biaya dan sumberdaya lainnya. Sebagai contoh, Anda mungkin belum pernah melihat padang rumput di Israel karena untuk pergi ke sana membutuhkan ongkos besar. Hal ini dapat disiasati dengan riset, yaitu meminta informasi dari orang lain. Ada beberapa langkah yang baik untuk memulai riset:

a. Mulailah dengan perpustakaan pribadi. Kumpulkan kliping dari berbagai macam koran dan majalah yang menarik. Selain itu, Anda pun perlu melengkapi perpustakaan dengan buku‑buku tafsir yang baik, telaah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kamus‑kamus, konkordansi lengkap, ensiklopedia dan bermacam buku teologia, sejarah, arkeologi, penelitian penulis lain, geografi, kebudayaan dan lain sebagainya. Makin lengkap perpustakaan Anda, makin mudah Anda dalam membuat cerita menulis.

b. Gunakan sumber‑sumber informasi. Di Indonesia ada LINK (Lembaga Informasi Kristen), Pusat Perpustakaan Nasional dan sebagainya. Nah, mengapa kita tidak memanfaatkan sumber‑sumber informasi yang bisa memperkaya dan memberi bobot pada cerita Anda?

c. Mengunjungi para pakar. Di samping sumber‑sumber tertulis di atas, Anda pun bisa mendapatkan informasi dari berbagai pakar menurut bidang keahlian mereka masing‑masing. Mereka biasanya senang membagikan ilmu dan keahlian yang mereka miliki, asal kita menanyakan secara sopan serta menjelaskan untuk apa informasi yang kita tanyakan itu. Kalau sumber 'hidup' ini jaraknya dekat, kita bisa langsung datang ke rumahnya dengan perjanjian lebih dulu. Kalau jaraknya jauh, dan cerita dikejar oleh deadline, Anda bisa menyuratinya lebih dulu.

d. Akses internet. Kalau Anda memiliki komputer, modem dan saluran telepon, maka Anda bisa “menjelajahi dunia”. Ada informasi melimpah yang bisa didapatkan dari internet. Gunakan search engine semacam Google.com, Yahoo.com, Ask.com untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.